“THE LEGEND OF BANYU
WANGI”
(LEGENDA BANYU WANGI)
KETERANGAN
:
1.
Tokoh
:
-
Raja Sulahkromo : Kejam, jahat, dan suka memfitnah.
-
Patih Sidopekso : Setia, Patuh, dan gagah berani.
-
Sri Tanjung :
Setia, cantik jelita, dan sabar.
2.
Latar
:
a.
Latar Waktu :
Dahulu Kala
b.
Latar Tempat :
Sebuah Kerajaan di ujung timur pulau jawa
c.
Latar Suasana :
Sedih dan menyesal
3.
Ringkasan
Cerita :
Cerita Banyu Wangi adalah sebuah
legenda dari pulau jawa yang sampai saat ini masih dilestarikan oleh warga
sekitar untuk dongeng pengantar tidur bagi anak-anaknya. Menceritakan seorang raja
yang kejam dan tentang kepatuhan seorang
patih dan kesetiaan seorang istri.
4.
Pesan
Moral :
Nilai
yang terkandung dalam cerita Asal Mula Banyuwangi adalah nilai “MORAL”. Karena
dalam cerita tersebut terkandung peristiwa-peristiwa yang menyangkut moralitas.
Yang menyangkut perilaku kita kepada orang lain. Dan menjadi pertimbangan bagi
kita untuk berperilaku terhadap orang lain .
TEXT NARRATIVE
“THE LEGEND OF BANYU
WANGI”
(LEGENDA BANYU WANGI)
Once
upon a time in the edge of east Java Island, there was a kingdom named
Blambangan. The kingdom was led by a king named King Sulahkromo. He was
assisted by a brave Patih named Patih Sidopekso in ruling his kingdom. Patih
Sidopekso had a very beautiful wife named Sri Tanjung. Because of her beauty,
the king was crazy about her. Even, the king had made a plan to take away Sri
Tanjung from Patih Sidopekso. He ordered Patih Sidopekso to do a mission that
was very hard and dangerous so that Patih Sidopekso would die there. Without
suspicion, Patih Sidopekso went to do The King’s command. When Patih Sidopekso
was going on his duty, King Sulahkromo seduced Sri Tanjung in order to be his
wife. However Sri Tanjung stayed faithful to Patih Sidopekso. The king was
angry because he was rejected by Sri Tanjung.
Pada
zaman dahulu di ujung timur Pulau Jawa, ada sebuah kerajaan bernama Blambangan.
Kerajaan itu dipimpin oleh seorang raja bernama Raja Sulahkromo. Dia dibantu
oleh seorang Patih yang berani bernama Patih Sidopekso dalam memerintah
kerajaannya. Patih Sidopekso memiliki istri yang sangat cantik bernama Sri
Tanjung. Bahkan, karena kecantikannya, raja itu tergila-gila padanya. Raja membuat
rencana untuk merebut Sri Tanjung dari Patih Sidopekso. Ia memerintahkan Patih
Sidopekso untuk melakukan sebuah misi yang sangat sulit dan berbahaya sehingga
Patih Sidopekso akan mati dalam misi itu. Tanpa curiga, Patih Sidopekso pergi
untuk melakukan perintah Raja. Ketika Patih Sidopekso sedang menjalani
tugasnya, Raja Sulahkromo merayu Sri Tanjung agar menjadi istrinya. Namun Sri
Tanjung tetap setia kepada Patih Sidopekso. Raja pun menjadi marah karena ia
ditolak oleh Sri Tanjung.
After
getting back from his duty, Patih Sidopekso went to see the King in the hall.
The king who was hurt because his love was rejected then accused Sri Tanjung
that she had seduced him. Patih Sidopekso was upset to hear what was told by
the king. He felt he had been betrayed by his wife. Then he went to see his
wife and asked for the truth immediately. Sri Tanjung refuted and denied what
was said by the king. Nevertheless, Patih Sidopkeso more believed to the king
than her wife. And then he got mad and dragged her to the edge of a muddy
river. He was so angry there and wanted to kill his wife. Because her husband
did not trust her anymore, Sri Tanjung asked for a last request to him. She
said that if he did not trust her any more, he may kill her and threw her body
into the river. Sri Tanjung also said that when the water turned to be clean it
meant she was right. Nevertheless, if it did not change, the king was right.
Setelah
kembali dari tugasnya, Patih Sidopekso pergi menemui Raja di aula. Raja yang
terluka karena cintanya ditolak menuduh Sri Tanjung telah merayunya. Patih
Sidopekso kesal mendengar apa yang dikatakan oleh raja. Dia merasa bahwa ia
telah dikhianati oleh istrinya. Kemudian ia pergi menemui istrinya dan meminta
kebenaran segera. Sri Tanjung membantah dan menyangkal apa yang telah dikatakan
oleh raja. Namun Patih Sidopkeso lebih mempercayai rajanya daripada istrinya.
kemudian ia marah dan menyeretnya ke tepi sungai berlumpur. Dia begitu marah di
sana dan ingin membunuh istrinya. Karena suaminya tidak mempercayainya lagi,
Sri Tanjung meminta permintaan terakhir. Dia mengatakan bahwa jika dia tidak
percaya padanya, ia boleh membunuh dan melemparkan tubuhnya ke sungai. Sri
Tanjung juga mengatakan bahwa ketika air sunagi itu berubah menjadi bersih, itu
berarti dia benar tetapi jika sungai itu tidak berubah maka rajalah yang benar.
Patih
Sidopekso couldn’t stand his anger any longer and then he stabbed his wife with
a knife. Then he threw his wife’s body into the river. Immediately the turbid
river turned into clean and diffused the fragrance. Seeing the incident, Patih
Sidopekso regretted what he had done. He realized that his wife was innocent.
Then he screamed loudly “Banyu …………… ….. …Wangi. Banyu Wangi ….. “Since the
incident happened the river was called Banyuwangi.
Patih
Sidopekso tidak bisa menahan amarahnya lagi. lalu ia menikam istrinya dengan
pisau. Kemudian ia melemparkan tubuh istrinya ke sungai. Segera sungai keruh
itu berubah menjadi bersih dan menyebarkan aroma wangi. Melihat kejadian itu,
Patih Sidopekso menyesali apa yang telah dilakukannya. Dia menyadari bahwa
istrinya tidak bersalah. Kemudian ia berteriak denagn keras “Banyu …………… ….. …
Wangi. Banyu Wangi …..” sejak saat itu sungai itu disebut Banyuwangi.
0 Response to "Text Narrative “The Legend Of Banyu Wangi” (Legenda Banyu Wangi) - Bahasa Inggris"
Post a Comment