Karya Tulis Ilmiah“ Pengaruh Peternakan Kambing Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Desa Mekarsari”.




PENGESAHAN
               Karya tulis ini berjudul “ Pengaruh Peternakan Kambing Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Desa Mekarsari”.  Telah di uji pada tanggal 26 November 2012 karya tulis ini diterima sebagai syarat salah satu untuk mengikuti ujian akhir nasional pada Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Panimbang.



Panimbang, 26 November 2012
Mengetahui,
        Kepala Madrasah                                                                    Penguji



          Drs. Asep Bakti Agus. M.M.Pd                                               Taftayani, SE
        NIP. 150 271 487                                                           NIP.




PROGRAM/JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
MADRASAH ALIYAH NEGERI
PANIMBANG 2012-2013









BAB. I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Peternakan merupakan jenis usaha yang penting bagi setiap Negara dan juga daerah-daerah yang ada di dalam Negara itu sendiri tak terkecuali di desa mekarsari. Dimana setiap elemen masyarakat membutuhkan hasil perternakan, sehingga akan mendatangkan investasi yang besar apabila dikembangkan. Dalam simulasi kewirausahaan peternakan ini maka, masyarakat dapat membuat wirausaha peternakan berupa wirausaha budidaya kambing yang bilamana dilihat dari sisi ekonomi dan penghasilan cukup menjanjikan khusunya bagi masyarakat desa mekarsari.

B.     Tujuan Penelitian
Maksud dantujuan penelitian ini adalah :
1.      Untuk mengetahui pengaruh peternakan kambing terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat desa mekarsari.
2.      Untuk mengetahui tingkat perekonomian masyarakat desa Mekarsari
3.      Untuk mengetahui kadar tingkat pendapatan setelah adanya peternakan kambing
4.      Untuk memperkaya dan memperluas ilmu pengetahuan

C.    Pembahasan dan Perumusan Masalah
1.      Pengertian Judul
-          Pengaruh adalah efek dari suatu yang menyebabkan akibat dan dampak.
-          Kambing ternak (Capra aegagrus hircus) adalah subspesies kambing liar yang secara alami tersebar di Asia Barat Daya (daerah “Bulan sabit yang subur” dan Turki) dan Eropa. Kambing merupakan binatang memamah biakyang berukuran sedang. Kambing liar jantan maupun betina memiliki tanduk sepasang, namun tanduk pada kambing jantan lebih besar. Umumnya, kambing mempunyai jenggot, dahi cembung, ekor agak ke atas, dan kebanyakan berbulu lurus dan kasar. Panjang tubuh kambing liar, tidak termasuk ekor, adalah 1,3 meter – 1,4 meter, sedangkan ekornya 12 sentimeter – 15 sentimeter. Bobot yang betina 50 kilogram – 55 kilogram, sedangkan yang jantan bisa mencapai 120 kilogram. Kambing liar tersebar dari Spanyol ke arah timur sampai India, dan dari India ke utara sampai Mongolia dan Siberia.

2.      Perumusan
      Agar tak menyimpang luas dari materi pembahasan, penulis membatasi masalah pada objek pengamatan “pengaruh peternakan kambing terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat desa mekarsari” dari pembahasan masalah berikut :
1.      Bagaimana cara berternak kambing?
2.      Apa saja kendala dalam berternak kambing dan bagaimana cara mengatasinya?
3.      Adakah pengaruh peternakan kambing terhadap perekonomian masyarakat desa mekarsari?

3.      Metode Penelitian
     Dalam menyusun karya tulis ini, penulis menggunakan beberapa metode yang dianggap penting dalam penggunaannya adapun metode tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Observasi,
yaitu mengadakan penelitian langsung terhadap objek.
2.      Interview,
yaitu mengadakan wawancara langsung dengan narasumber.
3.      Literatur,
Yaitu mengumpulkan data-data dari berbagai buku referensi.
4.      Dokumentasi,
Yaitu Pengambilan referensi yang diperoleh dengan cara mengumpulkan data-data yang  dibutuhkan dari objek penelitian yang berupa catatan-catatan lainnya.




4.      Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penyusunan karya tulis ini, penulis membagi kedalam IV Bab, masing-masing bab diuraikan atas sub-sub sesuai tehnik penulisan.

-          Bab I         Pembahasan Masalah.
Pada bab ini diuraikan latar belakang masalah, tujuan penelitian, pembatasan dan perumusan masalah, metode penelitian ,dan sistematika penulisan.
-          Bab II        Tinjauan Umum.
Pada bab ini sejarah singkat desa mekarsari, letak geografis desa mekarsari dan keadaan demografi desa mekarsari.
-          Bab III      Pembahasan Masalah.
Pada Bab ini berisikan  tentang Sejarah Adanya Peternakan Kambing, Cara Berternak Kambing, Jenis-jenis Kambing Ternak, Beberapa Kendala dan Solusinya  dalam  Berternak Kambing serta Tingkat Pendapatan Masyarakat setelah Adanya Peternakan Kambing.
Bab IV      Penutup.
Pada bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran-saran.













BAB II
TINJAUAN UMUM

A.    Sejarah Singkat Desa Mekarsari
           Desa mekarsari merupakan desa pemekaran dari desa citeureup, karena citeureup mempunyai wilayah yang cukup luas. Desa citeureup dimekarkan menjadi delapan desa diantaranya adalah desa panimbang jaya, desa cimanis, desa bojen, desa tanjung jaya, desa mekarsari, desa gombong, desa teluk lada dan desa sobang.
           Pada masa pemekaran yang menjabat sebagai kepala desa saat itu adalah Bapak H. Sumanta. Itulah mengapa desa tersebut dinamakan desa mekarsari, yang berarti desa pemekaran.

B.     Letak Geografis Desa Mekarsari
Desa Mekarsari mempunyai tujuh perbatasan. Yaitu, Desa Citeureup, Desa Tarumanegara, Desa Gombong, Desa Bojen, Desa Sobang dan Desa Cimanis.
Desa Mekarsari mempunyai luas wilayah 2.163 Ha. Sepertiga dari wilayahnya dikelilingi oleh lautan. Ketinggian Desa Mekarsari kurang lebih 0-7 M dari permukaan laut. Hampir disekujur bibir pantai Desa Mekarsari ditanami tumbuhan bakau. Keadaan suhu Desa Mekarsari rata-rata mencapai 29  C.

C.    Keadaan Demografi Desa Mekarsari
           Berdasarkan data demografi, Desa Mekarsari memiliki 40 Kampung, 11 Rukun Warga, dan 41 Rukun Tetangga. Jumlah penduduk Desa Mekarsari saat ini mencapai 11.087 jiwa. Diantaranya 5.527 Laki-laki, dan 5.551 Perempuan. Jumlah Kepala Keluarga saat ini mencapai 3.159 Kepala Keluarga.
           Penduduk Desa Mekarsari sebagian besar berprofesi sebagai petani, nelayan dan peternak.




BAB III
PENGARUH PETERNAKAN KAMBING TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DESA MEKARSARI

1.      Sejarah Adanya Peternakan Kambing

A.    Pengertian Peternakan.
      Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut.
Pengertian peternakan tidak terbatas pada pemeliharaaan saja, memelihara dan peternakan perbedaannya terletak pada tujuan yang ditetapkan. Tujuan peternakan adalah mencari keuntungan dengan penerapan prinsip-prinsip manajemen pada faktor-faktor produksi yang telah dikombinasikan secara optimal.
Kegiatan di bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu peternakan hewan besar seperti sapi, kerbau, kuda serta kambing, sedang kelompok kedua yaitu peternakan hewan kecil seperti ayam, kelinci dll.
B.     Sejarah Peternakan.
      Sistem peternakan diperkirakan telah ada sejak 9.000 SM yang dimulai dengan domestikasi anjingkambing, dan domba. Peternakan semakin berkembang pada masa Neolitikum, yaitu masa ketika manusia mulai tinggal menetap dalam sebuah perkampungan. Pada masa ini pula, domba dan kambing yang semula hanya diambil hasil dagingnya, mulai dimanfaatkan juga hasil susu dan hasil bulunya (wol). Setelah itu manusia juga memelihara sapi dan kerbau untuk diambil hasil kulit dan hasil susunya serta memanfaatkan tenaganya untuk membajak tanah. Manusia juga mengembangkan peternakan kuda, babi, unta, dan lain-lain. 
      Dengan segala keterbatasan peternak, perlu dikembangkan sebuah sistem peternakan yang berwawasan ekologis, ekonomis, dan berkesinambungan sehingga peternakan industri dan peternakan rakyat dapat mewujudkan ketahanan pangan dan mengantasi kemiskinan.

2.     Cara Berternak Kambing
      Dalam berternak kambing, ada beberapa langkah yang harus dipersiapkan sebelum memulai, yang diantaranya yaitu :
A.    Bahan, yaitu Kambing, pakan, peralatan konstruksi kandang, lahan 
B.    Alat, yaitu Tempat pakan/minum 
     Ada beberapa pedoman tekhnis untuk berternak kambing, dimana  jenis kambing asli di Indonesia adalah kambing kacang dan kambing peranakan etawa (PE) 
a.       Memilih bibit
Pemilihan bibit diperlukan untuk menghasilkan keturunan yang lebih baik. Pemilihan calon bibit dianjurkan di daerah setempat dan bebas dari penyakit.
b.      Calon induk
Umur berkisar antara > 12 bulan, (2 buah gigi seri tetap), tingkat kesuburan reproduksi sedang, sifat keindukan baik, tubuh tidak cacat, berasal dari keturunan kembar (kembar dua), jumlah puting dua buah dan berat badan > 20 kg.
c.       Calon pejantan
Pejantan mempunyai penampilan bagus dan besar, umur > 1,5 tahun, (gigi seri tetap), keturunan kembar, mempunyai nafsu kawin besar, sehat dan tidak cacat. 
d.      Pakan
Ternak kambing menyukai macam-macam daun-daunan sebagai pakan dasar dan pakan tambahan (konsentrat). 
e.       Pemberian pakan induk
Selain campuran hijauan, pakan tambahan perlu diberikan saat bunting tua dan baru melahirkan, sekitar 1 1/2 % berat badan dengan kandungan protein 16 %. 
f.       Kandang
Bahan dan konstruksi kandang kambing berukuran 1 1/2 m² untuk induk secara individu. Pejantan dipisahkan dengan ukuran kandang 2 m², sedang anak lepas sapih disatukan (umur 3 bulan) ukuran 1 m/ekor. tinggi 1 1/2 - 2 X tinggi ternak. 
g.      Pencegahan penyakit
Sebelum ternak dikandangkan, kambing harus dibebaskan dari parasit internal dengan pemberian obat cacing, dan parasit eksternal dengan dimandikan. 
3.      Jenis-jenis Kambing Ternak
Berikut beberapa jenis kambing yang biasa di ternakan atau di budidayakan.
A . Kambing Kacang
      Kambing kacang merupakan kambing asli Indonesia yang dapat pula ditemukan di Malaysia dan Filipina. Perkembangbiakan kambing kacang sangat cepat, bahkan pada umur 15-18 bulan sudah dapat menghasilkan keturunan. Kambing ini cocok digunakan sebagai penghasil daging dan kulit.
      Kambing kacang bersifat prolifik (sering melahirkan anak kembar 2 atau 3), lincah, dan tahan terhaddap berbagai kondisi, dan mampu beradaptasi dengan baik di berbagai lingkungan berbeda, termasuk dalam kondisi pemeliharaan yang sangat sederhana. Bulu kambing kacang cukup pendek dan berwarna hitam, cokelat, putih, atau campuran ketiga warna tersebut.
B . Kambing Peranakan Ettawa (PE)
      Kambing PE mmerupakan hasil persilangan antara kambing ettawa (asal India) dengan kambing kacang. Kambing PE dimanfaatkan sebagai penghasil daging dan susu (perah). Penampilan kambing PE mirip dengan kambing ettawa, tetapi peranakan tubuhnya lebih kecil. Peranakan yang penampilannya mirip kambing kacang disebut bligon atau jawarandu,yang merupakan tipe pedaging.
      Karakteristik kambing PE, antara lain bentuk muka cembung melengkung dan dagu berjanggut, terdapat gelambir di bawah leher yang tumbuh dari sudut janggut, telinga panjang, lembek, menggantung, dan ujungnya agak berlipat, ujung tanduk agak melengkung, tubuh tinggi, pipih, bentuk garis punggung mengombak ke belakang sedangkan bulu tumbuh panjang di bagian leher, pundak, punggung, dan paha. Bulu paha panjang dan tebal.
C . Kambing Gembrong
      Kambing gembrong merupakan keturunan kambing angora yang sudah menjadi ras tersendiri di Bali. Kambing ini berwarna putih, jantan dan betinanya bertanduk, telinga rebah, serta bulunya lebat dan panjang (terkenal dengan istilah mohar). Berat kambing gembrong bisa mencapai 32-45 kg/ekor. Pemeliharaan dilakukan semi-intensif dengan melepasnya di pekarangan dan malam hari tidur di kandang.
D . Kambing Anglo Nubian
      Kambing anglo nubian berasal dari daerah Nubia di Timur Laut Afrika. Ciri-ciri kambing ini yaitu bobot tubuh cukup besar, telinga menggantung, dan ambing besar. Bulunya berwarna hitam, merah, cokelat, putih, atau kombinasi warna-warna tersebut. Bobot badan kambing jantan mencapai 90 kg dan kambing betina 70 kg. Produksi susu 700 kg per periode laktasi.
E . Kambing Boer
      Kambing boer berasal dari Afrika Selatan dan telah masuk ke Indonesia sejak 65 tahun lalu. Kambing boer adalah kambing pedaging terbaik di dunia. Pada umur 5-6 bulan, berat badan kambing ini sudah mencapai 35-45 kg dan sudah siap untuk dipasarkan. Namun, jika dibiarkan sampai usia dewasa (2-3 tahun), bobot badan kambing jantan bisa mencapai 120 kg.
      Kambing boer bertubuh panjang dan lebar, keempat kaki sangat pendek, warna kulit cokelat, berbulu putih, berkaki pendek, berhidung cembung, bertelinga panjang menggantung, serta kepala berwarna cokelat kemerahan atau cokelat muda hingga cokelat tua. Beberapa kambing boer memiliki garis putih ke bawah di wajahnya. Kambing ini mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, dan memiliki daya tahan tubuh yang sangat bagus.
      Kambing boer yang ada di Indonesia sudah banyak mengalami persilangan dengan kambing lokal Indonesia. Istilah “kambing boer bangsa murni” akan digunakan oleh registrasi kambing boer Indonesia jika seekor kambing sudah mencapai paling tidak generasi kelima baik dari sisi induk maupun pejantan, berdasarkan catatan silsilahnya. Salah satu contoh hasil persilangan kambing boer adalah boerka yang merupakan hasil persilangan dengan kambing kacang.

4.             Beberapa Kendala dan Solusinya  dalam  Berternak Kambing
            Ada beberapa kendala dalam  berternak kambing yang salah satunya bersumber dari  penyakit yang sering menyerang ternak kambing dan penyakit ini dapat diobati secara tradisional diantaranya adalah sebagai berikut:

A.  Scabies (Kudis)
a.  Penyebab
Parasit yang terdapat pada kotoran yang terjadi karena kandang kotor dan ternak tidak pernah dimandikan.

b.  Tanda- tanda
Kerak – kerak pada permukaan kulit terutama kulit yang jarang bulunya, Ternak selalu menggesekan bagian kulit yang terserang kudis serta Kerontokan bulu, kulit menjadi tebal dan kaku

c.  Pengobatan
Dengan melaksanakan pencukuran bulu sekitar daerah terserang, kemudian Mandikan ternak dengan sabun sampai bersih, dan jemur sampai kering. Setelah kering dapat diobati dengan menggunakan: 
-      Belerang dihaluskan, dicampur kunyit dan minyak kelapa, kemudian dipanaskan dan digosokkan pada kulit yang sakit
-      Belerang dihaluskan dan dicampur dengan oli bekas dan digosok pada bagian kulit yang sakit.
-      Kapur barus digerus, dicampur minyak kelapa dan dioleskan pada bagian kulit yang sakit.

d.  Pencegahan
-          Ternak yang berpenyakit kudis tidak boleh bercampur dengan ternak yang sehat.
-          Ternak yang baru dibeli harus bebas dari penyakit kudis
-          Mandikan ternak dua minggu sekali.
-          Bersihkan kandang seminggu sekali.
B.  Belatungan ( Myasis )
a.  Penyebab
Luka daerah yang berdarah diinfeksi oleh lalat sehingga lalat berkembangbiak (bertelur) dan menghasilkan larva belatung.

b.  Tanda-tanda
-    Adanya belatung yang bergerak-gerak pada bagian yang luka
-    Bila belatungan pada kaki/teracak maka ternak terlihat pincang.

c.  Pengobatan
-    Bersihkan luka dari belatung, kemudian obati dengan gerusan kapur barus atau
     tembakau.
-    Luka dibungkus dengan kain/perban untuk melindungi dari terjadinya luka baru atau
     kotoran.
-    Pada hari berikutnya luka dibersihkan, pengobatan diulang dan dibungkus kembali.
-    Bila belatung sudah terbasmi, pemberian yodium tinctur dapat dipakai untuk  
     mempercepat   pertumbuhan 

C.  Cacingan
a.   Penyebab
      Bermacam-macam cacing terjadi karena kandang yang kotor atau padang
      pengembalaan yang kotor.

b.   Tanda-tanda
-     Kurus, bulu agak berdiri dan tidak mengkilap
-     Sembelit atau mencret
-     Lesu dan pucat
-     Daerah rahang terlihat membengkak
-     Mati mendadak

c.    Pengobatan
-    Tepung buah pinang dicampur dengan nasi hangat dikepal-kepal kemudian   
       dipaksakan untuk  dimakan ternak. Ternak dianjurkan untuk dipuasakan terlebih  
      dahulu. Daun kelor yang tua dibakar, kemudian debunya dicampur air dan   
      diminumkan. Pengobatan diulangi  satu minggu kemudian.

d.    Pencegahan
-      Kandang dibuat panggung dan bersih
-      Pengaritan rumput setelah panas yaitu pada jam 12.00-15.00 atau pengembalaan
       ternak pada siang  hari jam 10.00-15.00.
-           Jangan menggembalakan ternak pada daerah rawa, sungai dan sawah.

D.    Keracunan Tanaman
a.    Penyebab: 
       Ternak memakan rumput-rumputan atau daun-daunan yang mengandung zat racun.

b.    Tanda-tanda
Mati mendadak, mulut berbusa, kebiruan pada selaput lendir, pengelupasan kulit/eksim atau terjadi pendarahan.

c.    Pengobatan
       Cekoklah ternak dengan air kelapa muda.

d.   Pencegahan:
      Tidak memberikan tanaman beracun atau menggembalakan ternak di daerah yang banyak tumbuh tanaman yang mengandung racun.








5.      Tingkat Pendapatan Masyarakat Setelah Adanya Peternakan Kambing
Di Desa Mekarsari, ternak kambing dijadikan sebagai komoditas utama dan titik ungkit bagi peningkatan pendapatan di Desa Mekarsari, Kecamatan Panimbang, yang merupakan lokasi Prima Tani Kabupaten Pandeglang. Sehubungan hal tersebut, telah dilaksanakan kajian yang bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai pendapatan masyarakat desa mekarsari setelah adanya peternakan kambing
Pengkajian dilaksanakan dengan metode survai  melalui wawancara langsung terhadap peternak kambing  dan tokoh masyarakat, data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Data yang diamati meliputi data populasi ternak, produksi anak, input output usaha yang terkait dengan budidaya kambing tahun 20010-2011. Hasil kajian menunjukkan bahwa ternak kambing yang dibudidayakan pada tahun 2010 seluruhnya telah menghasilkan anak dan untuk masyarakat di desa mekarsari mayoritas menggunakan kambing kacang untuyk dibudidayakan.  budidaya kambing kacang  ditaksir meningkatkan pendapatan peternak hingga 75 – 100 %.
Kambing kacang dalam proses 6 – 8 bulan sudah mampu produksi atau menghasilkan anak, sehingga dalam 2 tahun kambing kacang mampu menghasilkan anak antara 3 – 4 kali.
Untuk kambing kacang dewasa siap jual harganya di kisaran Rp.450.000 hingga Rp.800.000. bias dibayangkan bila daam waktu 2 tahun berapa keuntungan yang bisa dihasilkan dari peternakan kambing ini, sehingga masyarakat dalam sisi pendapatan, para peternak jelas adanya peningktan yang signifikan. Ini berarti masyarakat mengalami perubahan yang maju dari segi kesejahteraan karena adanya  budidaya peterakan kambing tersebut khusunya di desa mekarsari.
     




BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
                 Dari uraian dan penjelasan tersebut, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa
Secara nasional peternakan kambing  berpotensi menjadi salah satu komoditas andalan di dalam negeri khusunya didesa mekarsari, di samping dapat berperan untuk menekan terhadap pengangguran, peternakan juga mampu meningkatkan dari sisi kreatifitas masyarakat desa mekarsari.
Selain itu juga dengan  adanya peternakan kambing di daerah pedesaan khususnya desa mekarsari mampu memberikan peningkatan pendapatan bagi masyarakat setempat sehingga kesejahteraan dari segi ekonomi masyarakat didesa tersebut ada peningkatan.

B.     Saran-saran
                 Sebagai akhir perlengkapan penyusun karya tulis ini, kiranya penulis akan menyampaikan saran yang mungkin berguna bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya, adapun saran tersebut sebagai berikut :
1.      Peningkatan pelatihan harus ditingkatkan oleh pemerintah setempat guna menghasilkan pemaksimalan produksi peternakan baik dari segi kwalitas atau kwantitas.
2.      Pemerintah juga harus memberikan dukungan baik dari segi modal dan juga membantu dalam pemasaran hasil peternakan kambing tersebut agar sesuai dengan harga pasar yang berlaku agar tidak termonopoli oleh para tengkulak.
3.      Jadikan budidaya ternak kambing tersebut sebagai budaya kearifan lokal, sehingga selain lokasi desa mekarsari sebagai sentral budidaya kambing juga sebagai tempat wisata bagi para wisatawan yang ingin melihat atau mempelajari tentang tekhnik budidaya peternakan kambing secara tradisional.




DAFTAR PUSTAKA

Kantor Desa Mekarsari. 2010. Data Profil Desa Mekarsari Tahun 2010. Desa Mekarsari Kecamatan Panimbang Kabupaten Pandeglang, Banten.

Blakely, J and D.H. Bade. 1991. Ilmu Peternakan, edisi ke- 4. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta.

Prihadi, S. 1997. Dasar Ilmu Ternak Perah. Fakultas Peternakan UGM. Jogjakarta.

Batubara, A., B. Tiesnamurti, F. A. Pamungkas, M. Doloksaribu & E. Sihite. 2007. Koleksi Ex-situ dan Karakterisasi Plasma Nutfah Kambing.
Laporan akhir RPTP. Lokasi Penelitian Kambing Potong Sei Putih.
Devendra, C. 2001. Small ruminant: Impreratives for productivity enhacement improved livelihoods and rural growth. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 14 (10): 1483-1496.
Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dan Kehutanan Kabupaten Cirebon. 2009. Rencana Strategis Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dan Kehutanan Kabupaten Cirebon Tahun 2010-2014. Dinas Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dan Kehutanan Kabupaten Cirebon, Cirebon.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Edisi ke-2. Terjemahan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Jakarta. Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta.
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Edisi ke-4. Terjemahan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Jakarta. Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta.
Nell. A. J. and D. H. L. Rollinson. 1974. The Requirement and Availability of Livestock Feed in Indonesia, Jakarta.
Reksohadiprojo. 2000.Buku Pengantar Hijauan Makanan Ternak. Gadjah mada University Press, Yogyakarta.






LAMPIRAN-LAMPIRAN

I.         JENIS-JENIS KAMBING TERNAK

01.Kambing Etawa                                  02. Kambing Kacang









                              2. PETERNAKAN KAMBING
 









                 03. MAKANAN OLAHAN DARI DAGING KAMBING

 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Karya Tulis Ilmiah“ Pengaruh Peternakan Kambing Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Desa Mekarsari”."

Post a Comment